Oleh : HAIRUZAMAN. (Pemerhati Politik dan Phatologi Sosial)
Pulau Jawa merupakan basis suara yang diperebutkan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres). Pasalnya, jumlah jiwa pemilih saat ini terbilang paling dominan yakni sebesar 60 persen. Sedangkan sisanya 40 persen lagi jumlah suara terkonsentrasi di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Papua.
Tentu saja, jika menganalisa peta politik di Indonesia, ketiga pasangan Calon Presiden, Anes-Muhaimin, Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud, bakal membidik dan memperebutkan suara “seksi” di Pulau Jawa. Sehingga diharapkan bisa mendulang suara dalam pertarungan politik yang akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024 mendatang.
Sejauh ini ketiga paslon Presiden memang mempunyai potensi yang sama dalam memperebutkan suara seksi para pemilih di Pulau Jawa. Tak ayal, sehingga energi ketiga paslon Presiden akan terkuras untuk meraup suara pemilih di Pulau Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jawa Tengah merupakan basis suara bagi Paslon Presiden Ganjar-Mahfud. Sebab, Jawa Tengah merupakan kandang banteng bermoncong putih. Kendati demikian, dipastikan suara di Jawa Tengah dan Jawa Timur akan “pecah telur”. Sehingga dua paslon Presiden laiinnya, Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran juga mempunyai peluang yang sama di Pulau Jawa tersebut.
Sementara itu, untuk wilayah Jawa Barat dan Banten, Paslon Anies-Muhaimin dengan mengusung jargon “Perubahan” mempunyai peluang yang besar guna mendulang suara dalam pertarungan Pilpres yang atmosfernya kian memanas ini. Karena, Banten masyarakatnya terkenal sangat religius.
Paslon Presiden Anies-Muhaimin yang diusung oleh PKS, PKB dan Parta Nasdem adalah hasil “perkawinan” koalisi partai Islam tradisional dan konvensional. Bahkan untuk ke depan, PKS dan PKB wacananya akan dilebur menjadi satu kekuatan politik sebagai partai yang berbasis Islam. **