Pertengahan bulan Februari lalu, warga Twitter pecinta susu segar digugah rasa ingin tahunya melalui sebuah thread pendek tentang merek dagang Greenfields. Berikut adalah kutipannya singkatnya :
Brand murni lokal, baru launch pertengahan 2000-an, dan jadi market leader dalam 10-an tahun, bersaing dengan merk susu lain yang sudah lama. Gue penasaran strateginya gimana? tulis akun Twitter dengan username @dondihananto pada 15 Februari 2023. Cuitan itu sukses mendapat lebih dari seribu retweet dan dikutip sebanyak 277 kali oleh para pengguna lain. Kolom komentarnya pun tak kalah penuh. Ada yang terang-terangan memuji kualitas dan rasa susu dari merek tersebut. Ada yang menimpali dengan membandingkannya dengan merek dagang lain.
Tak ketinggalan, banyak juga pebisnis yang kemudian ingin tahu bagaimana cara kerja bisnis susu yang baru 13 tahun berdiri tersebut. Pasalnya, tidak banyak produk lokal yang bisa naik kelas dengan cepat. Apalagi, dikutip dari Bisnis.com, pihak Greenfields mengklaim sudah menguasai sekitar 54% market share di kategori susu segar nasional. Apa rahasianya?
Rahasia Sukses Greenfields
Sumber gambar : YouTube Greenfields
Setiap tahunnya, Indonesia mengimpor susu dalam jumlah besar. Dilansir dari CNBC Indonesia, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mencatat bahwa sejak tahun 2018 hingga 2022, total konsumsi susu skim domestik Indonesia selalu mengalami peningkatan. Terakhir, di tahun lalu, kebutuhan ini mencapai angka 209 ribu ton. Sementara impor susu di tahun yang sama adalah 205 ribu ton. Artinya, produksi susu lokal hanya cukup menutupi kurang dari 20 persen kebutuhan negeri ini.
Membaca situasi ini, Greenfields muncul sebagai salah satu perusahaan yang menghadirkan produk susu lokal berkualitas. Perusahaan ini berdiri di tahun 1997 oleh gabungan antara pengusaha Indonesia dan Australia. Saat ini, Greenfields merupakan salah satu penghasil produk susu terbesar di Asia Tenggara. Keunggulannya adalah kepemilikan peternakan yang terintegrasi dengan pabrik susu milik mereka.
Dilansir dari Kompas.id, saat ini PT Greenfields Indonesia menaungi dua peternakan sapi perah di lereng Gunung Kawi, Ngajum dan satu di daerah Wlingi, Kabupaten Blitar. Dari total 9.200 ekor sapi perah yang dimiliki, produksi susu yang mereka hasilkan bisa mencapai 115 ton per hari.
Hasil mentah tersebut kemudian langsung diolah di pabrik mereka dengan kapasitas produksi mencapai 450 ton per harinya. Praktik ini membuat kualitas susu yang dihasilkan pabrik Greenfields menjadi lebih terukur dan terkontrol. Pihak peternakan memiliki tim dokter hewan sendiri yang dengan teliti mengawasi kesehatan sapi-sapi, pangan yang diberikan, dan tindakan perawatannya.
Konsistensi dalam kualitas produk membuat merek Greenfields dengan cepat meraih kepercayaan masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara. Starbucks, salah satu franchise gerai kopi yang tersebar luas, adalah salah satu yang mempercayakan bahan bakunya pada produk susu segar Greenfields.
Dilansir dari Markeeters.com, awalnya Greenfields hanya menyasar target pasar susu segar di kelas A dan B. Namun, seiring meningkatnya angka konsumsi susu dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, mereka juga mulai membidik pasar kelas ekonomi C.
Untuk ekspor, Syahbantha Sembiring, Indonesia Country Head Sales & Marketing AustAsia Food yang menaungi merek dagang Greenfields, menyatakan bahwa mereka sudah masuk ke pasar Asia Tenggara, seperti Vietnam, Malaysia, Hongkong, dan Singapura. Meski begitu, diakuinya bahwa porsi untuk pasar domestik masih jauh lebih besar daripada porsi ekspornya.
Tiga Kesuksesan Greenfields
Nah, sebagai pegiat UMKM, apa saja sih yang bisa kita pelajari dari kesuksesan Greenfields di industri susu Indonesia? Berikut adalah beberapa hal yang diterapkan perusahaan susu tersebut sehingga berhasil mendapatkan kepercayaan pasar:
1. Pintar dan Berani Beradaptasi
Syahbantha Sembiring menegaskan bahwa keberhasilan memimpin pasar di lini susu segar tak lepas dari upaya perusahaannya dalam mempertahankan mutu produk. Brand ini sukses digaet gerai-gerai kopi, franchise roti, dan restoran sebagai bahan susu utama mereka. Namun, saat pandemi berlangsung, angka penjualan Greenfields untuk gerai-gerai dan resto besar turun drastis. Padahal, di sanalah pemasukan mereka yang paling besar.
Meski begitu, ternyata konsumsi susu segar dan susu UHT di pasaran justru meningkat tajam. Saat itu, masyarakat memang tengah ramai-ramai mengadopsi gaya hidup sehat. Greenfields pun mengubah strategi dengan lebih meningkatkan kuota distribusi produk susu segar dan UHT di pasar-pasar retail seluruh Indonesia.
Dilansir dari Bisnis.com, penjualan dari pasar retail pun meningkat dan bahkan berhasil menutupi kekurangan dari pasar resto dan gerai minuman. Hasilnya, mereka dapat bertahan dan mencatat performa yang baik selama pandemi COVID-19.
Hal ini bisa ditiru oleh pelaku UMKM. Saat ada kejadian tak terduga yang berpengaruh pada penjualan produk kita di pasar, ada baiknya kita selalu melihat kesempatan untuk pivoting.
2. Konsisten Menjaga Mutu Produk
Di kalangan konsumen susu segar, Greenfields dikenal sebagai brand yang memiliki mutu premium dengan harga terjangkau. Karakter inilah yang menjadi daya tarik utamanya. Kala industri peternakan Indonesia diserang wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) tahun lalu, Greenfields dengan cepat memastikan bahwa sapi-sapinya layak perah.
Pada pertengahan tahun, Otoritas Veteriner Dinas Peternakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan sigap mengeluarkan pernyataan bahwa peternakan PT Greenfields Indonesia telah bebas dari PMK. Langkah cepat ini dilakukan demi mempertahankan kepercayaan pelanggan dan menjamin kualitas susu dan produk turunan susu yang mereka hasilkan.
Sejak lama, Greenfields memang mengandalkan konsistensi kualitas susu sebagai penawaran utama mereka. Karena itulah, banyak franchise minuman dan makanan memilih merek ini sebagai bahan utama agar kualitas produknya juga turut konsisten.
Selain Starbucks, Greenfields juga memasok susu untuk brand minuman ternama lain, seperti MAXX Coffee, Chatime, Street Boba, Kedai Kopi KULO, dan Kopi Kenangan. Di industri roti, mereka merupakan pemasok bahan untuk BreadTalk, Holland Bakery, Buana Bakery, hingga Beard Papa’s.
3. Jeli Menentukan Target Konsumen dan Strategi Pemasaran
Di mata masyarakat luas, Greenfields dikenal sebagai produk susu dan yoghurt berkualitas, enak, dan memiliki harga terjangkau. Kualitas susu segarnya di atas rata-rata dan harga yang ditawarkan tidak semahal KIN Fresh Milk ataupun Cimory Fresh Milk. Beberapa tahun belakangan, pangsa susu segar Indonesia mengalami pergeseran konsumen, yang mulanya hanya dikonsumsi kalangan menengah ke atas mulai diminati pula oleh masyarakat kelas menengah bawah.
Membaca hal ini, Greenfields pun menawarkan produk susu segar dan UHT mereka dengan target pasar semua kelas masyarakat. Karakteristik mutu yang tinggi, klaim produksi lokal, dan harga terjangkau membuat produk mereka dengan mudah diminati target konsumen tadi.
Ditambah lagi, mereka juga memiliki sistem distribusi yang sangat baik, sehingga produknya selalu eksis di gerai retail kota-kota besar. Belum lagi, mereka rajin mengganti desain sehingga tetap segar dan relevan dengan target pasar yang dituju. Hasilnya, Greenfields mampu memimpin pasar susu segar skala nasional dengan share mencapai 60,1 persen di kuartal 4 tahun 2017.
Nah, ketiga praktik di atas tentu krusial sifatnya jika Sahabat Wirausaha ingin usahanya bertahan lama dan berkembang pesat. Tidak hanya untuk perusahaan besar, usaha kecil dan menengah pun harus berkomitmen untuk menjalankannya. Mutu yang konsisten, strategi pemasaran yang tepat, serta langkah cerdik dalam beradaptasi sangat diperlukan supaya bisnis bisa naik kelas. Yuk, jangan ragu mengembangkan bisnis ala Greenfields. (Hrz/Red)