Reportase : Yuyi Rohmatunisa
Pemimpin Redaksi : Hairuzaman
KOTA SERANG | Kabarexpose.com —
Pengantar Redaksi.
Kurikulum cinta pada ghalibnya ialah sebuah gagasan revolusioner tentang konsep pendidikan yang sejatinya dapat diaplikasikan. Terkait hal itu, wartawan Kabarexpose.com, Yuyi Rohmatunisa, melakukan wawancara eksklusif bersama Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. Wawan Wahyuddin, M.Pd, pada Rabu (8/1/2025). Berikut ini petikan wawancara tersebut.
Tanya :
Dapatkah Prof. Dr. Wawan Wahyuddin, menjelaskan konsep “Kurikulum Cinta” yang digagas oleh Anregurutta Prof. Nasaruddin Umar, Menteri Agama?
Jawab :
“Sebagai pemimpin Kementerian Agama, Anregurutta Prof. Nasaruddin Umar mengusung gagasan revolusioner tentang Kurikulum Cinta. Ini bukan hanya sebuah konsep pendidikan, melainkan sebuah misi kemanusiaan yang mendalam. Beliau meyakini bahwa cinta adalah esensi utama kehidupan, pondasi dari kebersamaan, dan kunci menuju harmoni sejati. Gagasan ini lahir dari pengalaman hidup beliau sebagai tokoh agama, yang meliputi berbagai aspek, mulai dari pesantren hingga lembaga kajian, yang semuanya mengajarkan cinta sebagai kekuatan pembentuk masyarakat.”
Tanya :
Bagaimana Anda melihat peran cinta dalam konteks kemanusiaan dan pendidikan?
Jawab :
“Cinta dalam pendidikan adalah pilar kemanusiaan yang harus diajarkan dan diterapkan. Peristiwa yang paling membekas adalah moment Anregurutta Prof. Nasaruddin Umar yang mencium jidat Paus, sementara Paus mencium tangannya. Ini simbol dari dua aspek utama cinta: kasih dan respek. Cinta tanpa respek akan mengarah pada egoisme. Sementara respek tanpa kasih hanya membentuk formalitas. Dalam konteks pendidikan, kita harus menanamkan nilai cinta yang seimbang, membangun pemahaman terhadap perbedaan, serta saling menghormati tanpa menghakimi.”
Tanya :
Apa yang dimaksud dengan “Deklarasi Istiqlal” yang menjadi bagian dari visi beliau?
Jawab :
“Deklarasi Istiqlal adalah seruan global untuk melawan dua ancaman utama: dehumanisasi dan eksploitasi alam. Dalam situasi dunia yang semakin terpolarisasi, dimana konflik dan kekerasan merajalela, serta kerusakan alam yang makin parah, Anregurutta Prof. Nasaruddin Umar menegaskan bahwa solusi dari permasalahan ini adalah cinta yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Deklarasi Istiqlal menjadi panggilan untuk memperjuangkan peradaban yang lebih beradab, lebih manusiawi dan lebih peduli terhadap lingkungan.”
Tanya :
Bagaimana penerapan Kurikulum Cinta ini dapat mengubah pola pikir generasi muda di masa depan?
Jawab :
“Kurikulum Cinta dirancang untuk mengubah pola pikir generasi muda. Nilai-nilai cinta yang ditanamkan tidak hanya sebatas teori, melainkan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diajarkan untuk mencintai tanpa menghakimi, menghargai perbedaan tanpa prasangka, dan menyapa tanpa menyakiti. Dalam suasana belajar yang penuh dengan keramahan, inklusivitas, dan kepedulian, para guru menjadi teladan cinta yang tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membentuk karakter generasi muda sebagai pribadi yang berjiwa besar dan penuh kasih.”
Tanya :
Mengapa Anda mengatakan bahwa mengajarkan cinta bukanlah pekerjaan mudah?
Jawab :
“Mengajarkan cinta adalah tugas yang kompleks. Cinta bukan hanya sebatas kata-kata manis, tetapi merupakan tindakan nyata yang penuh dedikasi. Sebagaimana cinta itu sendiri, ia membutuhkan keteladanan yang konsisten, bukan sekadar teori. Menyukai bisa sekadar memetik bunga, namun mencintai berarti merawat dan menyiraminya. Cinta dalam pendidikan harus diperkenalkan melalui contoh yang konkret dan harus dimulai dari diri sendiri.”
Tanya :
Apa harapan Anda untuk penerapan Kurikulum Cinta ini di masa depan?
Jawab :
“Harapan saya, melalui Kurikulum Berbasis Ar-Rahman ini, kita bisa menciptakan generasi yang lebih peduli, lebih inklusif, dan lebih penuh cinta. Ini bukan hanya tugas pendidik, tetapi tanggung jawab kita semua sebagai bagian dari masyarakat. Cinta dalam konteks ini bukan hanya tentang hubungan pribadi, tetapi tentang bagaimana kita saling menghormati, menjaga lingkungan, dan mengabdi pada Sang Pencipta. Dengan cinta, kita dapat membangun peradaban yang lebih baik, dunia yang lebih damai dan penuh kasih.”
Tanya :
Apa pesan terakhir Anda untuk masyarakat terkait dengan gagasan ini?
Jawab :
“Kita semua memiliki peran untuk mewujudkan peradaban cinta ini. Gagasan Kurikulum Cinta ini bukan sekadar ide, tetapi panggilan bagi kita semua untuk mengubah cara pandang dan cara hidup. Mari mulai dari diri sendiri, dari langkah kecil, karena cinta adalah inti dari kehidupan itu sendiri. Dengan cinta, kita dapat menghidupkan kembali makna sejati dari keberadaan kita di bumi ini.”