Reportase : Tata Yongky.
Pemimpin Redaksi : Hairuzaman
Serang | KABAR EXPOSE.com —
Budaya gotong royong yang menjadi karakter masyarakat Indonesia, saat ini mulai tergerus oleh hingar hingarnya kemajuan peradaban terutama di bidang teknologi. Tak ayal, akibatnya budaya gotong royong saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat modern.
Demikian dikatakan Kepala Desa Sukaraja, kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Banten, Minggu Sugia, kepada wartawan, pada Minggu (26/10)2025). Menurit ia, budaya gotong royong itu merupakan warisan nenek moyang bangsa Jndonesia.yang telah lama mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat. Pasalnya, budaya gotong royong mengandung filosofi kebersamaan, persatuan dan sekaligus sebagai ajang silaturahmi terutama bagi umat Islam.
Sugia menguraikan, nilai-nilai yang telah lama menjadi kultur ditengah-tengah masyarakat Desa Sukaraja, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Banten, harus dipertahankan oleh generasi penerus. Sebab, banyak dampak positif yang bisa dipetik dari budaya gotong royong di masyarakat Desa Sukaraja.
Berdasarkan catatan sejarah, lanjut Sugia, budaya gotong royong di Indonesia sudah ada sejak tahun 2000 SM, tepatnya sejak tahun 1800-an ketika itu bangsa Eropa datang ke Indonesia. Masyarakat Indonesia melakukan kegiatan gotong royong untuk menyelesaikan pekerjaan guna keperluan bersama dengan memperbaiki infrastruktur jalan saluran irigasi serta membangun sarana ibadah.
Sementara itu, sambung Sugia, pada dasarnya gotong royong merupakan istilah untuk bekerja bersama guna untuk mencapai hasil yang didambakan. Istilah gotong royong berasal dari bahasa Jawa yakni “gotong” yang berarti “mengangkat” dan ” royong” yang berarti “bersama”.
Dengan demikian, katanya, gotong royong adalah kegiatan mengangkat atau mengerjakan sesuatu kegiatan secara bersama-sama. Kendati gotong royong belakangan ini mulai tergerus dan secara perlahan ditinggaljan, namun budaya tersebut bagi nasyarakat Desa Sukaraja.masih tetap dipertahankan. Hal ini berbeda dengan masyarakat yang bermukim di perkotaan. Dimana secara sosiologis masyarakat perkotaan lebih bersifat masa bodoh dan apatis.
Ia menjelaskan, pembangunan di pedesaan memerlukan peran serta aktif dari masyatakat. Karena tanpa adanya keterlibatan dan peran serta masyarakat tujuan pembangunan tidak akan tercapai. Semangat gotong royong di masyarakat harus tetap kembali digaungkan. Sehingg budaya gotong royong tersebut tidak akan tergerus oleh hingar bingarnya kemajuan peradaban di zaman modern saat ini.
Menurut Kades Sugia, sampai saat ini budaya gotong royong di Desa Sukaraja, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Banten, masih terus dilestarikan dan dikerjakan dengan Sistem gotong royong. Dengan adanya peran aktif masyarakat dalam proses pembangunan berdampak positif terhadap hasil yang dicapai.
“Semoga budaya gotong royong akan terus dipertahankan demi suksesnya pembangunan di Desa Sukaraja. Karena masih banyak yang belum tersentuh perbaikan pembangunannya,” beber Sugia.












