Reportase : Babay Suiah.
Pemimpin Redaksi : Hairuzaman.
SERANG | Kabarexpose.com —
Pasca lebih dari dua dekade vakum, tradisi ruwat laut akhirnya kembali digelar di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Nelayan. Kegiatan yang sarat dengan nilai budaya dan spiritual ini berlangsung meriah dengan antusiasme yang tinggi dari masyarakat, nelayan, serta para pelaku usaha lokal, pada Rabu (16/7/2025).
Ruwat laut.yang merupakan tradisi turun-temurun masyarakat nelayan sebagai bentuk syukur dan do’a keselamatan di laut. Terakhir kali dilaksanakan di Anyer pada tahun 1999. Ketiadaan kegiatan ini selama bertahun-tahun membuat sejumlah tokoh nelayan dan masyarakat setempat merasa prihatin. Mereka kemudian menggagas kebangkitan tradisi ini sebagai bentuk regenerasi budaya pesisir.
“Alhamdulillah, dengan semangat swadaya dari para nelayan, pelaku wisata, pedagang UMKM dan dukungan dari pemerintah, akhirnya tradisi ini bisa digelar kembali,” ujar Robi Yusuf, selaku ketua panitia.
Kegiatan ini juga mendapat perhatian dari Dinas Pariwisata dan Dinas Kelautan yang turut hadir dan berpartisipasi. Termasuk pula aparat keamanan laut (Airud) serta tim penjaga pantai (lifeguard). Camat Anyer dan Kepala Desa Bandulu turut memberikan dukungan penuh atas terselenggaranya acara ini.
Tak hanya itu, Lurah Tambang Ayam, Jumintra, juga memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini dan menekankan pentingnya peran pemerintah desa dalam menjaga kelestarian budaya pesisir.
“Tradisi ini bukan hanya bagian dari warisan leluhur, tetapi juga potensi besar untuk pengembangan ekonomi lokal, khususnya sektor wisata dan UMKM. Kami dari kelurahan sangat mendukung agar kegiatan semacam ini bisa terus dilestarikan dan dijadikan agenda rutin setiap tahun,” ujar Jumintra.
Festival nelayan kali ini menampilkan kirab perahu hias yang diikuti sekitar 68 perahu, termasuk jetski dan kapal nelayan kecil. Tidak ada kompetisi atau lomba dalam festival ini, namun setiap peserta diberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi mereka dalam menjaga dan melestarikan budaya.
“Karena sifatnya festival, bukan perlombaan, maka seluruh peserta kami beri reward sebagai penghargaan untuk kreativitas menghias perahu masing-masing. Ini penting agar semangat gotong royong tetap terjaga dan tidak menimbulkan persaingan yang kurang sehat,” jelas panitia acara.
Kendati persiapan dilakukan dalam waktu yang cukup singkat—hanya sekitar satu minggu sebelum pelaksanaan—acara berjalan lancar dan mendapat respons positif dari masyarakat. Panitia berharap ke depannya, kegiatan ruwat laut ini dapat digelar secara rutin setiap tahun sebagai kalender budaya sekaligus daya tarik wisata bahari di Anyer.
“Ini bukan hanya soal tradisi, tapi juga tentang mengingatkan masyarakat bahwa Anyer masih punya nelayan. Anak-anak muda perlu tahu dan bangga akan warisan budaya ini,” tutup salah satu tokoh masyarakat.