Jema’ah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia, memutuskan berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina yang berjarak sekitar 4 Km. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Hilman Latief memberi penjelasan terkait hal itu.
“Pada saat itu di malam hari sampai subuh proses pergerakan jemaah sangat bergantung sekali dengan kondisi lalu lintas yang sangat padat baik karena jumlah armada bus yang ribuan jumlahnya antre menuju Mina juga tidak sedikit jemaah yang melakukan jalan kaki di lokasi Mina sehingga pergerakan menjadi lebih lambat,” ujar Hilman di Makkah, pada Sabtu (7/6/2025).
Sebagai informasi, jema’ah haji Indonesia menjalani mabit di Muzdalifah sejak Kamis (5/6). Jema’ah haji mulai tiba di Muzdalifah setelah selesai shalat magrib.
Namun, tak semua jema’ah haji Indonesia yang turun dan mabit di Muzdalifah. Sebagian jema’ah hajj, terutama lansia, disabilitas dan para pendampingnya diikutkan skema murur yang membuat mereka mabit dengan cara melintas di Muzdalifah tanpa turun ke area mabit. Mereka yang ikut murur sudah lebih dulu tiba di Mina.
Namun, perjalanan bus mulai tersendat saat Jumat (6/6) pagi. Tampak antrean panjang bus di jalur menuju Mina. Hal itu membuat proses penjemputan terhambat.
Pihak syarikah bersama Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Kemudian berupaya mengangkut jema’ah, terutama lansia, dengan bus lewat jalur lain. Sementara, jema’ah lain yang kondisinya lebih fit memutuskan jalan kaki ke Mina saat matahari belum terlalu terik.
Jema’ah kemudian berjalan kurang lebih 4 Km hingga perbatasan Mina. Para petugas haji terlihat mendampingi jemaah selama perjalanan menuju Mina. Petugas juga mengarahkan jema’ah yang jalan kaki agar tidak nyasar dan melewati jalur terdekat ke Mina.
Kembali ke Hilman, dia menyebut padatnya lalu lintas saat puncak haji membuat bus lebih lama tiba untuk menjemput jema’ah. Dia mengatakan, petugas telah berupaya meminta jema’ah tetap menunggu bus ke Mina.
“Pada waktu-waktu tertentu terkonfirmasi bahwa setelah pergerakan sebagian jema’ah diangkut oleh bus ke Mina, proses perputaran menuju kembali ke Muzdalifah bus-bus yang sudah menjemput cukup lambat sehingga jemaah menjadi khawatir terkait posisi mereka yang masih juga belum terjemput bus,” ujarnya.
Jema’ah akhirnya berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina dengan didampingi petugas haji agar jema’ah RI tak nyasar. Selain jemaah Indonesia, jema’ah haji asal China hingga beberapa negara Afrika juga berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina.
“Secara schedule dijadwalkan bahwa jam 9 proses evakuasi harus sudah selesai dari Muzdalifah menuju Mina. Tapi, karena kondisi di lapangan baru selesai pada pukul 09.40 atau penanganan terlambat sekitar 40 menit namun alhamdulillah, setelah itu tidak ada lagi jemaah yang tersisa di Muzdalifah,” ujarnya.
Setelah seluruh jema’ah tiba di Mina, Kemenag bersama syarikah fokus untuk menempatkan jemaah ke tenda yang sesuai. Sementara, sebagian jema’ah haji yang sudah tiba lebih dulu di Mina melanjutkan proses ibadah dengan lempar jumrah.
Hilman berterima kasih kepada otoritas Arab Saudi yang memberi pendampingan langsung dalam pelayanan jema’ah haji. Dia juga meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami para jema’ah haji.
“Atas nama penanggungjawab Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia di Tanah Suci Makkah, kami memohon ma’af atas ketidaknyamanan yang didapatkan oleh jema’ah haji Indonesia selama proses pergerakan tersebut,” ujarnya. (Hrz/Red)