Reportaseb: Yuyi Rohmatunisa
Pemimpin Redaksi : Hairuzaman
KOTA SERANG | Kabarexspose.com| -:
Bulan Ramadan bukan hanya sekadar waktu berpuasa, tetapi juga merupakan moment yang sangat tepat untuk menanamkan nilai-nilai keislaman. Baik dalam keluarga maupun lingkungan sekolah. Merespons gagasan Prof. Abdul Mukti, konsep pembelajaran selama Ramadan dapat dikembangkan dengan memanfaatkan kesempatan untuk membagi tugas di rumah, mendorong anak-anak aktif dalam ibadah, serta mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dalam sistem pendidikan formal.
1. Berbagi Peran Dalam Keluarga
Pembelajaran Ramadan sebenarnya dapat dimulai dari rumah. Prof. Dr. Wawan Wahyuddin, Rektor UIN SMH Banten menjelaskan bahwa sejak usia SD hingga SMA, anak-anak harus didorong untuk ikut serta dalam menyiapkan sahur dan berbuka.
“Penting untuk melibatkan anak dalam kegiatan ini, bukan hanya agar mereka belajar berpuasa, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang lebih besar,” ujarnya kepada wartawan Yuyi Rohmatunisa. Jum’at, (31/1/2025).
Dengan cara ini, anak-anak belajar kemandirian, kepedulian, dan kebersamaan dalam keluarga. Misalnya, anak-anak bisa diberi tugas menyiapkan bahan makanan, mencuci piring, atau menyusun menu harian.
2. Ibadah Bersama dengan Pola Fleksibel
Ngaji berjamaah tidak harus dilakukan dengan pola yang seragam. Prof. Wawan menegaskan, “Pola ibadah yang fleksibel akan membuat seluruh anggota keluarga lebih terlibat.” Misalnya, dalam membaca Al-Qur’an, bisa saja ayah yang membaca, ibu yang menyimak tafsir, dan anak-anak mendengarkan. Atau sebaliknya anak yang membaca, sementara orang tua menyimak.
Kegiatan bisa diiringi dengan diskusi singkat tentang materi yang dibaca untuk memperdalam pemahaman agama.
“Hal ini akan menjadikan ibadah lebih menyenangkan dan inklusif bagi semua anggota keluarga,” tegasnya.
3. Jiwa Sosial dan Berbagi kepada Sesama
Prof. Wawan juga menekankan pentingnya menanamkan jiwa sosial pada anak-anak.
“Anak-anak perlu diajak untuk berbagi dengan sesama, seperti menyiapkan takjil untuk tetangga atau masyarakat sekitar,” jelasnya.
Lebih lanjut, praktik berbagi dalam bentuk sedekah, membaca doa Kamilin dan mengikuti kegiatan zakat juga bisa dikenalkan sejak dini. Ini lebih dari sekadar ritual ibadah, melainkan juga bagian dari pendidikan karakter yang membentuk empati dan kepedulian sosial.
Bahkan, anak-anak bisa diajak untuk berkunjung ke panti asuhan atau membantu tetangga yang membutuhkan.
4. Integrasi Pendidikan Ramadan di Sekolah
Di sekolah, pemerintah daerah dan dinas pendidikan bisa mengambil langkah strategis dengan mengeluarkan buku panduan keimanan khusus Ramadan.
“Buku bisa menjadi bagian dari pembelajaran sepanjang tahun, tidak hanya selama bulan puasa,” kata Prof. Wawan.
Dalam praktiknya, siswa bisa diajak untuk mengenal peran di masjid, seperti menjadi imam, muazin atau penceramah. Sekolah juga dapat mengadakan lomba bertema Ramadan untuk menumbuhkan semangat berkompetisi dalam kebaikan.
“Selain itu, kegiatan seperti buka puasa bersama atau sesi daring antara guru dan orang tua dapat mempererat ukhuwah Islamiyah, Basyariyah, dan Wathaniyah,” ujarnya.
5. Gerakan Ramadan dengan Aksi Nyata
Siswa diharapkan juga dapat menyambut Ramadan dengan aksi nyata, seperti melaksanakan marhaban Ramadan dan membersihkan masjid atau lingkungan sekolah.
Prof. Wawan menjelaskan, “Gerakan ini lebih dari sekadar persiapan spiritual, namun juga sebagai upaya membentuk kebiasaan hidup bersih dan gotong royong di masyarakat.”
Gerakan ini dapat dimulai dengan ceramah atau kajian singkat yang membahas pentingnya kebersihan dalam Islam, yang sekaligus memperkenalkan nilai-nilai kebersihan sebagai bagian dari ajaran Islam yang integral.
Konklusi Pendidikan Karakter Melalui Ramadan
Menurut Prof. Wawan, meski terlihat sederhana, konsep pembelajaran Ramadan ini jika diterapkan secara konsisten akan memberikan dampak besar. Ramadan bukan hanya soal menahan lapar dan haus, melainkan juga tentang pendidikan karakter, kebersamaan, dan kepedulian yang harus dimulai dari rumah, diperkuat di sekolah dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan cara ini, bulan Ramadan menjadi sarana untuk mendidik generasi yang tidak hanya taat beribadah, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi