Google search engine
HomeCatatan PojokQuo Vadis Pasar Tradisional?

Quo Vadis Pasar Tradisional?

                       Oleh: Hairuzaman                            (Pemerhati Masalah Patologi Sosial dan Kemasyarakatan)

Pasar tradisional yang dulu menjadi lokasi favorit masyarakat untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari, kini semakin sepi. Jumlah konsumen yang datang bisa dihitung dengan jari tangan. Hal ini berbeda dengan kondisi pasar tradisional di masa lalu. Di mana pedagang tumplek menjajakan barang dagangannya tanpa peduli harus antre dan berdesak-desakan.

Kini, para pedagang, juru parkir kendaraan, dan tukang ojek di pasar tradisional mengalami penurunan penghasilan yang signifikan. Mereka dan keluarga mereka hanya menggantungkan hidupnya dari mengais rezeki di pasar tradisional.

Namun, kemajuan teknologi digital telah mengubah perilaku konsumen. Dengan hanya menggunakan telepon genggam, konsumen bisa memesan berbagai jenis barang dengan mudah dan cepat. Toko berjalan juga membandrol harga yang cukup terjangkau oleh konsumen.

Dampaknya, pasar tradisional semakin terpuruk. Belum lagi imbas kian menjamurnya pusat perbelanjaan seperti Indomart, Alfamart, Alfamidi, dan lainnya. Hal ini semakin memperparah kondisi para pelaku usaha mikro dan kecil.

Pemerintah seolah tak peduli dengan kondisi para pelaku usaha kecil dan mikro tersebut. Sehingga tak sedikit yang terpaksa harus gulung tikar. Hal ini perlu adanya intervensi pemerintah, baik itu terkait regulasi maupun program pemberdayaan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Diharapkan pemerintah dapat mencari solusi efektif untuk menghidupkan kembali pasar tradisional. Sehingga para pelaku usaha mikro dan kecil dapat meningkatkan daya saingnya di tengah perkembangan teknologi yang pesat.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments