Mengenal Ponpes At-Thahiriyah Kota Serang, Sejarah dan Perkembangannya

Reportase : Yuyi Rohmatunisa

Pemimpin Redaksi: Hairuzaman

KOTA SERANG | Kabarexpose.com —

Pondok Pesantren (Ponpes) At-Thahiriyah yang terletak di Kaloran, Lontar Baru, Kota Serang, Banten, memiliki sejarah panjang yang bermula pada akhir dekade 1970-an. Pendiri Ponpes ini, KH. Ahmad Hasuri Thohir, dikenal dengan panggilan akrab “Abah,” adalah sosok yang tak hanya mendalami ilmu agama di Mekkah. Namun, juga memiliki semangat untuk menyebarkan ilmu tersebut kepada masyarakat sekitar.

Setelah kembali dari Mekkah sekitar tahun 1970-an, Abah sering mengadakan pengajian baik di rumah maupun di Majlis-Ta’lim. Salah satu kegiatan beliau yang rutin adalah mengisi pengajian di pesantren kakeknya, KH. As’ad bin Husen, yang terletak di Menes, Banten. Sekitar tahun 1968 hingga 1970, ia mulai merintis pembangunan sebuah asrama sederhana dari bambu di kawasan Hajikaeul, Kampung Kananga, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Asrama ini tidak memiliki nama formal, dan masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Pesantren Hajikaeul, Kananga.

Santri pertama yang belajar di sana adalah Nursyid, Dasuki, Markum.dan yang lainnya, yang juga melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar di Kecamatan Menes.

Pada tahun 1975, setelah menyelesaikan pendidikan di Madrasah Aliyah, para santri dibawa oleh Abah ke Serang untuk melanjutkan studi di IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati). Pada masa itu, santri ditempatkan di Madrasah Khairul Huda. Karena jumlah santri yang terus berkembang, Abah memutuskan untuk memindahkan mereka ke sebuah rumah tua milik keluarga yang terletak di Kaloran. Rumah tersebut sebelumnya pernah disewa oleh asrama Brimob dan juga pernah digunakan sebagai rumah sakit. Sejak saat itu, pada bulan Juni 1977, rumah tersebut dijadikan tempat santri, dan mulai dikenal sebagai pusat kegiatan pesantren.

Seiring berjalannya waktu, dengan semakin banyaknya santri dan pengajian rutin yang diadakan baik harian maupun mingguan. Abah memutuskan untuk mendirikan lembaga pendidikan formal yang resmi, yaitu Pondok Pesantren At-Thahiriyah. Nama pondok pesantren ini diambil dari nama Kakek Abah, yaitu Thohir, yang telah mewakafkan tanahnya untuk pesantren, serta nama guru-guru beliau yang juga bernama Thohir, sebagai bentuk penghormatan.

Pada tanggal 15 Februari 1978, sebuah acara resmi diadakan untuk meresmikan Pondok Pesantren At-Thahiriyah. Pada acara tersebut, hadir berbagai tokoh masyarakat dan para santri, serta dilakukan pembacaan struktur kepengurusan pesantren yang pertama yang terdiri dari:

Dewan Penasehat :
KH. Jazuli Jamhari
H. Syadeli Thohir
Ketua Umum :
KH. Tb. Hasuri Thohir

Ketua I :
KH. Tb. Arsyad

Ketua II :
KH. Hasbullah

Sekretaris Umum :
M. Yusra

Bendahara :
H. Busro

Anggota :
KH. Hudari Jasim
Ust. Suhari
Ust. Jamhari
Ust. Kasmiri
Ust. Sanusi
Ust. Hulman
Ust. Syu’bi
Ust. Yunus
Ust. Rafi’uddin
Ust. Cecep Rahmat

Dengan pembentukan struktur organisasi ini, Pondok Pesantren At-Thahiriyah resmi berdiri dan menjadi pusat pendidikan serta pembinaan bagi santri di wilayah tersebut.

Seiring berjalannya waktu, Pondok Pesantren At-Thahiriyah terus berkembang pesat dan memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan agama di Banten. Sejarah panjang pendirian pesantren ini, yang dipimpin oleh KH. Ahmad Hasuri Thohir, menginspirasi banyak pihak untuk terus berjuang dalam menyebarkan ilmu agama dan membentuk generasi yang berakhlakul karimah.

Tulisan ini juga dikutip dari karya KH. M. Nursyid Abdullah, BA, dengan judul Selayang Pandang Tentang Pendirian Pondok Pesantren At-Thahiriyah yang diterbitkan pada 5 November 1990 di Tangerang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *