Google search engine
HomeCatatan PojokPositivisme versus Naturalisme

Positivisme versus Naturalisme

                   Oleh : M. Ishom El Saha.                        (Wadek I Fakultas Syariah UIN SMH Banten)

Kita sekarang ini sedang dipertontonkan perebutan pengaruh mazhab positivisme dengan mazhab naturalisme. Positivisme merupakan bentuk pandangan dan pemikiran yang menekankan segala sesuatunya harus empiris. Antara benar dengan salah, dalam nalar positivisme tak dipentingkan lagi karena yang utama adalah berguna atau tak berguna

Hal ini sangat berbeda dengan naturalisme yang melihat segala sesuatu sebagai sudut pandang yang tak terpisahkan dari keseluruhan realitas. Manusia adalah bagian dari alam, maka manusia tak cukup hanya mengambil yang berguna atau menghindar dari yang tak berguna untuk dirinya, terkecuali harus mempertimbangkan kehendak alam.

Sebagai deskripsi mudah membedakan positivisme dengan naturalisme adalah cara pandang tentang manusia. Dalam nalar positivisme manusia dipandang manusia jika masih berfungsi produktif, sehingga berkurang kemanusiaannya sesudah memasuki usia tua renta. Sedangkan naturalisme justru berbeda melihat manusia yang berusia tua yang dianggap lebih bermakna karena lebih lama berinteraksi dengan alam semesta.

Jadi, pandangan dan pemikiran naturalisme lebih kompleks dibandingkan positivisme dalam menyikapi alam. Karena realitas alam bukan hanya sesuatu yang berwujud bendawi. Namun, termasuk juga nilai dan etika di dalamnya. Benar-salah adalah kunci sudut pandang menentukan nilai bagi kaum naturalisme. Sedangkan berguna-tidak berguna untuk sekarang ini adalah kunci jawaban nilai kaum positivisme.

Sebagai bukti bahwa kita sekarang sedang disuguhkan perebutan pengaruh positivisme dengan naturalisme adalah realitas yang dipertontonkan selama kegiatan menjelang Pilpres 2024. Bagi kaum positivisme, realitas itu selagi berguna bagi kepentingan sekarang dan tidak bertabrakan dengan materi hukum yang tertulis dan diundangkan, maka didukung dan diperjuangkan.

Namun, bagi kaum naturalisme tidak demikian adanya. Realitas tidak berdiri sendiri tapi harus sesuai dengan etika. Mereka mengajak untuk mendukung dan menyokong realitas yang etis sebagai tanggung jawab manusia menjadi bagian alam semesta. Buat apa membela yang tak ber-etika walaupun kebutuhan kita terpenuhi: kalau pada saatnya nanti alam rusak di tangan orang-orang yang tak ber-etika. Demikian kira-kira cara berpikir naturalisme mempengaruhi kita. **

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments