Pemimpin Redaksi: Hairuzaman
SERANG – KABAREXPOSE.COM |
Berkesempatan mewawancarai Muhamad Nursaleh, seorang instruktur teknologi las di Kantor Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Serang, pada Selasa (10/09/2024). Dalam wawancaranya, Nursaleh menjelaskan, berbagai aspek penting mengenai metodologi pengajaran dan tantangan yang dihadapi dalam pelatihan kejuruan.
Menurut Nursaleh, metodologi pengajaran di BBPVP mengikuti standar yang ketat, dengan pelatihan dibagi menjadi beberapa level. Mulai dari level 4 hingga level 6. Untuk instruktur pemula, biasanya diadakan tes pada level 4.
“Ada standar operasional prosedur (SOP) yang jelas mengenai cara pengajaran dan pelatihan,” ujarnya. Proses evaluasi dilakukan melalui teori dan praktik, dengan setiap sesi pelatihan disertai dengan tugas (jobsid) yang harus diselesaikan peserta. “Jika peserta tidak mampu menyelesaikan tugas, kami berikan remedial. Ini berbeda dengan perusahaan yang mungkin memotong gaji sebagai konsekuensi,” tambahnya.
Nursaleh menyebutkan, tantangan baru yang dihadapi dalam pelatihan, terutama dengan adanya perubahan kebijakan di era Presiden Joko Widodo. “Sekarang, peserta pelatihan sangat beragam, termasuk mereka yang tidak bersekolah formal. Ini adalah tantangan baru karena latar belakang pendidikan peserta sangat heterogen,” jelasnya. Di masa lalu, peserta pelatihan di BBPVP mayoritad memiliki latar belakang pendidikan yang lebih seragam. Namun sekarang, BBPVP terbuka untuk semua kalangan tanpa memandang ijazah formal.
Dalam hal persiapan industri, Nursaleh menjelaskan, lulusan BBPVP tidak langsung menjadi welder setelah pelatihan. Mereka harus menjalani masa adaptasi dan pengalaman kerja di industri. “Pelatihan di BBPVP memberikan dasar yang kuat. Namun perlu waktu sekitar enam bulan hingga satu tahun untuk benar-benar siap bekerja sebagai welder,” katanya.
Nursaleh juga menyoroti upaya BBPVP dalam mendukung kewirausahaan. “Selain pelatihan industri, kami juga mengajarkan ketrampilan untuk home industri, seperti pembuatan furniture. Ini bertujuan agar peserta dapat memulai usaha mandiri jika mereka tidak terjun ke industri,” terangnya.
Mengenai sertifikasi, Nursaleh menambahkan, peserta yang lulus pelatihan di BBPVP akan mendapatkan sertifikat kompetensi jika mereka memenuhi standar. “Sertifikat ini penting untuk memastikan bahwa peserta benar-benar kompeten di bidangnya,” ujarnya.
Nursaleh memberikan tips kepada peserta pelatihan agar tetap rajin dan mengikuti instruksi dengan baik. “Penting untuk konsisten, kendati ada banyak faktor yang bisa menghambat pelatihan,” ungkapnya. Selain itu, ia menyoroti dukungan BBPVP yang memberikan fasilitas pelatihan secara gratis, termasuk seragam dan makan siang, dan alat.
BBPVP bekerjasama dengan perusahaan untuk memastikan kurikulum dan materi pelatihan tetap relevan dengan kebutuhan industri. “Kami mengadakan forum komunikasi dengan HRD untuk mengikuti trend dan teknologi terbaru,” jelas Nursaleh.
Harapan Nursaleh adalah agar semakin banyak forum HRD bergabung dengan BBPVP dan memperluas jangkauan pelatihan. “Kami berharap BBPVP dapat lebih banyak menyentuh wilayah dan sektor industri yang lebih luas.dan ada pembenahan dalam undang-undang ketenagakerjaan untuk meningkatkan peluang kerja bagi lulusan pelatihan,” tutupnya