Penulis : M. Ishom el-Saha. Editor : Hairuzaman.
Pesan syekh Nawawi dalam kitab “al-Futuhat al-Madaniyyah” yaitu hendaknya ketika kita menilai kepemimpinan maka jangan dilepaskan aspek keimanan bahwa Allah Maha Tahu atas segala rahasia. Pesan ini mengajari kita bahwa dalam urusan politik seyogyanya yang wajar-wajar saja. Dalam berpolitik hendaknya kita tidak tarik urat syaraf, dan jangan menjadi paling sok agamis.
Terkadang kita menggunakan alasan agama untuk menilai rezim kepemimpinan. Akan tetapi, di balik itu kita sesungguhnya telah mengabaikan kehendak dan kuasa Allah SWT. Diri kita mengklaim sebagai agamis dalam memilih pemimpin. Padahal aslinya kita sendiri sedang dibuat lalai oleh syetan. Tak ayal lagi, sehingga menjadi manusia yang tipis imannya. “Sok agamis padahal tidak agamis,” begitu kira-kira.
Kata Syekh Nawawi, ketika kita dipimpin oleh pejabat yang buruk, maka jangan lupa bahwa hal itu sudah menjadi kehendak Allah Yang Maha Tahu segala rahasia. Nasehat beliau sebagai orang beriman wajib menerima dan taat kepada pemimpin siapapun. Sebab, seorang yang diangkat menjadi pemimpin pada dasarnya adalah atas kehendak Allah.
Ada rahasia kenapa kita dipimpin oleh pemimpin yang menurut kita buruk? Bisa jadi karena kita sendiri adalah buruk dinilai oleh Allah SWT. Atau kalau tidak demikian, supaya kita lebih sabar dan matang dalam mempersiapkan lahirnya pemimpin yang baik. Demikian diutarakan Syekh Nawawi sebagai nasehat untuk para santri di Indonesia pada khususnya. **