Penulis : M. Ishom El Saha. Editor : Hairuzaman.
Air yang kita ketahui ada banyak jenisnya. Mulai dari air hujan, air laut, air sungai, dan lain sebagainya. Di antara semua jenis air itu, air hujan yang sering disebut di dalam Al-Qur’an. Bahkan air hujan yang disebut dapat membersihkan dosa manusia, sebagaimana doa yang kita panjatkan untuk diri kita sendiri maupun mendoakan orang sudah meninggal dunia.
اللهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ
Artinya : Ya Allah, bersihkan dosa-dosaku dengan salju, air hujan, dan embun.
Air hujan dapat membersihkan dosa, sebab keberadaannya dari terbentuk awan hingga turun air hujan ke bumi pada dasarnya tidak melewati tangan-tangan manusia. Akan tetapi murni sebagai anugerah dari Allah SWT.
Oleh sebab itu di dalam Al-Qur’an, air hujan disebut dengan banyak sebutan. Antara lain: air rahmat (QS. Al-A’raf: 57), air berkah (QS. Qaaf: 9), air suci (QS. Al-Furqan: 48), air mensucikan (QS. Al-Anfal: 11), air rejeki (QS. Ghafur: 13) air sejuk (QS. Al-Mursalat: 27), dan air kehidupan (QS. Al-Baqarah: 164).
Air hujan juga menjadi bukti ke-Maha Esa-an Allah, sebab dengan secanggih teknologi apapun manusia meramal dan merekayasa cuaca, akan tetapi manusia tidak dapat menurunkan air hujan.
Turunnya air hujan ke atas permukaan bumi adalah termasuk rahasia Ilahi. Bahkan para ulama menyebut turunnya air hujan termasuk bagian keimanan kepada urusan gaib, yakni di antara lima perkara gaib yang Allah tunjukkan langsung di kehidupan dunia. Masing-masing jenis kelamin bayi dalam kandungan, rejeki, penjodohan, kematian, dan terkahir turun air hujan. Dimana pada dasarnya tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya kelima hal itu, melainkan Allah Yang Maha Tahu.
Allah SWT berfirman:
وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِن بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ
Artinya : Dia-lah yang menurunkan hujan dari langit setelah mereka hampir putus asa dan Dia yang menyebar rahmat-Nya. Dia Maha pengampu dan lagi Maha Terpuji (QS. As-Syura: 28).
Ditegaskan pula dalam ayat lainnya.:
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي
تَشْرَبُونَ أَأَنْتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنزِلُونَ
Artinya: Kemudian apa mereka ketahui tentang air yang mereka minum. Apakah mereka menurunkannya dari bahan lumpur? Ataukah kami yang menurunkan hujan? (QS. Al-Waqiah: 68-69)
Hanya saja sayangnya ketika sebelum musim hujan banyak manusia mengharapkan turunnya, bahkan dengan cara salat istisqa dan berdoa minta hujan, namun pada saat datang Musim hujan banyak diantara mereka yang mengingkari nikmat itu dengan keluh kesah.
Perilaku manusia seperti itu telah disinggung oleh Rasulullah Saw:
ما أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن بَرَكَةٍ إِلَّا أَصْبَحَ فَرِيقٌ مِنَ النَّاسِ بِهَا كَافِرِينَ، يُنْزِلُ اللَّهُ الغَيْثَ فيَقولونَ: الكَوْكَبُ كَذَا وَكَذَا
Artinya: Allah tidak menurunkan air hujan sebagai Rahmat dari langit, melainkan sebab mereka sebagian manusia justru mengingkarinya dengan mengatakan: bintang ini itu penyebab turunnya hujan.
Keberadaan orang-orang semacam inilah yang menyebabkan hujan awalnya Rahmat, berkah, dan sumber kehidupan, berubah menjadi hujan yang membawa musibah.