JAKARTA | Kabarexpose.com —
Pengadilan militer Israel memperpanjang penahanan tujuh tentara Israel pada Rabu atas dugaan pelecehan, ancaman, dan pemerkosaan terhadap tentara yang lebih muda di sebuah unit, menurut laporan media.
Surat kabar Yedioth Ahronoth seperti dikutip Anadolu dan The Times of Israel melaporkan pengadilan memperpanjang penahanan selama enam hari.
Tujuh tentara dari sistem pertahanan udara Arrow milik Angkatan Udara ditahan pada Selasa atas dugaan pelecehan seksual terhadap rekan-rekannya yang lebih muda.
“Pelanggaran tersebut dilakukan selama enam bulan terakhir sebagai bagian dari ‘permainan senioritas’ dan berlangsung selama beberapa minggu, diduga termasuk tindakan sodomi,” kata surat kabar tersebut.
Menurut situs berita Ynet, yang pertama kali melaporkan cerita tersebut, insiden tersebut termasuk dugaan tindakan sodomi dan terjadi selama beberapa minggu terhadap sekitar 10 tentara baru di unit tersebut.
Para penyelidik sedang memeriksa apakah ada dugaan serangan yang terjadi selama perang baru-baru ini melawan Iran, di mana unit tersebut memainkan peran kunci dalam mempertahankan Israel terhadap serangan rudal balistik.
Kejahatan seksual tentara Israel tak hanya dilakukan terhadap koleganya. Sejumlah kasus pemerkosaan brutal dilaporkan dilakukan juga terhadap tahanan Palestina.
Salah satunya saat sebuah video muncul pada Juli 2024 yang memperlihatkan seorang tahanan Palestina pria diperkosa beramai-ramai oleh para penjaga di fasilitas penahanan Sde Teiman di gurun Negev, Israel selatan.
Video tersebut, yang telah diverifikasi oleh Al Jazeera, menunjukkan tahanan tersebut dipilih dari kelompok yang lebih besar dan terbaring terikat di lantai. Korban kemudian digiring ke sebuah dinding, di mana para penjaga, menggunakan perisai mereka untuk menyembunyikan identitas mereka dari kamera, kemudian memperkosanya.
Korban dilaporkan mengalami kerusakan anus akibat sodomi hingga organ dalamnya rusak parah dan tidak bisa berjalan lagi.
Sepuluh tentara Israel akhirnya ditangkap atas tuduhan pemerkosaan pada 29 Juli, dalam kasus yang mengguncang masyarakat Israel. Para tentara tersebut tergabung dalam unit yang dikenal sebagai Pasukan 100, yang bertugas menjaga fasilitas Sde Teiman, menurut Haaretz.
Jaksa militer membebaskan tiga tentara yang ditangkap pada 4 Agustus, menambah dua tentara yang sebelumnya dibebaskan oleh penyidik setelah sidang pengadilan militer di Kfar Yona pada 30 Juli, di mana para pengunjuk rasa berkumpul untuk mendukung para tentara yang ditangkap.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, di Israel, berpendapat bahwa tindakan apa pun – bahkan pemerkosaan berkelompok – diperbolehkan jika dilakukan demi keamanan negara.
Perkembangan ini terjadi setelah tentara Israel telah menewaskan hampir 57.700 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di Gaza sejak Oktober 2023. Pengeboman tanpa henti telah menghancurkan daerah kantong tersebut dan menyebabkan kekurangan pangan serta penyebaran penyakit.
November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di daerah kantong tersebut. (Hrz/Red).