Reportase : Yuyi Rohmatunisa
Pemimpin Redaksi: Hairuzaman
SERANG | Kabarexspose.com —
Pondok Pesantren Al-Dzikri yang berdiri sejak tahun 2013 di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Serang, terus berupaya mengembangkan pendidikan berbasis pesantren. Hal ini ditegaskan Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Dzikri, Tuhi, dalam wawancara dengan wartawan, pada Kamis (23/01/2025).
Pendiri Pondok pesantren Al Dzikri adalah KH. Wawan Sumarwan MD, yang merupakan lulusan Pondok Pesantren Ploso, Kediri, Jawa Timur, di Ponpes ini memiliki jenjang pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) memberikan kesempatan kepada para santri untuk menimba ilmu agama sekaligus pendidikan formal.
“Saat ini, jumlah siswa MA kami mencapai 50 siswa, sedangkan MTs memiliki 34 siswa dengan total enam kelas. Adapun jumlah guru di MTs sebanyak 14 orang dan MA 13 orang,” ujar Tuhi.
Bahwa sistem pembelajaran di Al-Dzikri mengikuti metode dari Ploso. “Kami memiliki jenjang pendidikan diniyah hingga tingkat tertinggi seperti Imriti dan Alfiyah. Sistem ini diterapkan untuk membentuk santri yang paham agama dengan baik,” tambahnya.
Dalam pelaksanaan pendidikan formal, Al-Dzikri mengintegrasikan kurikulum Kemenag dengan pelajaran agama yang diajarkan di pesantren, seperti fiqih dan bahasa Arab. Namun, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ditiadakan di sekolah karena sudah diajarkan di pondok.
Tuhi juga menekankan pentingnya interaksi antara orang tua dan anak melalui program penjengukan rutin.
“Orang tua diperbolehkan mengunjungi pesantren satu bulan sekali, mengikuti pengajian bersama di pagi hari, dan bertemu anak-anak mereka mulai siang hingga sore hari,” jelasnya.
Sebagai bagian dari kebijakan yayasan, santri diwajibkan menjalani masa pengabdian minimal dua tahun setelah lulus. Hal ini bertujuan memastikan santri memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik.
“Ada yang melanjutkan ke tingkat aliyah tapi belum bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar, sehingga masa pengabdian menjadi sarana untuk memperbaiki kemampuan tersebut,” paparnya.
Pondok Pesantren Al-Dzikri juga berupaya meningkatkan fasilitas pendidikan, seperti ruang komputer dan internet, serta fokus pada pembangunan gedung baru untuk mendukung proses belajar mengajar.
Tuhi berharap metode pembelajaran dari Ploso, seperti Al-Miftah, yang baru pertama kali diterapkan di Banten melalui Al-Dzikri, dapat terus berkembang. “Ini adalah cara cepat dan tepat untuk membaca kitab kuning, yang diajarkan sejak tingkat tsawiyah hingga aliyah. Kami berharap semangat ini dapat terus memajukan pendidikan di pondok pesantren,” tutupnya.