Reportase : Yuyi Rohmatunisa
Pemimpin Redaksi :Hairuzaman
CILEGON | Kabarexpose.com —
Gunawan Djajadi, yang lebih dikenal dengan nama Nio Geng Dhien (80), pengusaha sukses dan tokoh Tionghoa di Banten, berbicara blak-blakan mengenai kondisi nasionalisme dan kenegaraan di Indonesia saat ini. Pria yang lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada 1944 ini telah menetap di Kota Baja Cilegon, sejak 1952 dan telah lama berkiprah di dunia bisnis.
Menurut Gunawan, semangat nasionalisme Indonesia saat ini sudah jauh berkurang. Tergerus oleh kepentingan pribadi dan uang. “Sekarang ini, kalau berbicara soal nasionalisme kita lihat saja semua tergantung uang. Kalau ada cuang maka semua bisa dibeli. Kalau tidak ada, ya ma’af saja,” ujarnya dengan nada tegas, kepada wartawan, pada Minggu (28/12/2024).
Gunawan menilai semangat perjuangan yang dibawa oleh Soekarno dalam meraih kemerdekaan sangat berbeda dengan keadaan sekarang. Dulu, rakyat kecil pun ikut tergerak untuk berjuang demi tanah air. Namun, saat ini, semangat tersebut semakin pudar.
“Sekarang ini semua berpikir secara pragmatis. Bagaimana negara ini bisa maju, kalau semuanya hanya mengutamakan uang?” tambahnya.
Menurut Gunawan, kondisi ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang sering kali terkesan hanya menguntungkan kelompok tertentu. Ia menyoroti kebijakan-kebijakan yang lebih fokus pada efisiensi semata tanpa mempertimbangkan keberlanjutan kesejahteraan rakyat.
“Berdikari itu seharusnya dimulai dari pemimpin yang bisa memajukan masyarakat. Bukan sekadar mencari kesempatan pribadi,” ungkapnya.
Dalam bidang pendidikan, Gunawan juga menyampaikan keprihatinannya terhadap rendahnya kesadaran sosial masyarakat Indonesia. Ia menyoroti rasa cinta terhadap fasilitas umum semakin berkurang. “Dulu, saya diajarkan untuk mencintai fasilitas umum, seperti telephone umum yang dirawat dengan baik. Tapi sekarang, fasilitas seperti itu malah dirusak,” katanya. Hal ini, menurut Gunawan, mencerminkan kurangnya rasa cinta terhadap negara dan kesadaran kolektif.
Gunawan juga mengkritik praktik korupsi yang masih merajalela di Indonesia. Ia menilai bahwa hal ini sangat jauh dari semangat cinta tanah air yang sesungguhnya. “Kalau rahasia negara saja bisa dijual, bagaimana bisa kita bicara soal cinta negara,” tandasnya.
Selain itu, Gunawan menyinggung soal diskriminasi yang masih dirasakan oleh warga Tionghoa, terutama dalam dunia pekerjaan. “Anak-anak kami sering kali tidak bisa diterima sebagai pegawai negeri, kendati mereka berprestasi. Ini kan bukti bahwa diskriminasi masih berlangsung,” ujarnya.
Gunawan menyatakan, pentingnya kesadaran kolektif untuk mencintai negara dan memperjuangkan hak-hak warga negara tanpa memandang suku atau golongan. “Kita harus sadar bahwa perjuangan untuk negara ini bukan hanya soal uang. Akan tetapi, tentang pengorbanan dan solidaritas antar sesama bangsa,” tutupnya.
Sebagai pengusaha dan tokoh yang telah lama berkiprah di Cilegon, Gunawan Djajadi mengingatkan, perubahan sejati hanya dapat terwujud jika semua elemen bangsa bersatu dan saling mendukung. Bukan terpecah belah oleh kepentingan pribadi atau kelompok.