Oleh : HAIRUZAMAN.
(Penulis Buku dan Praktisi Pers)
Menyimak dan menganalisis Debat Cawapres antara lain, Paslon nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka dan Paslon nomor urut 3, Prof. Mahfud MD, statmentnya ibarat dongeng menjelang tidur. Pasalnya, debat dengan tema ekonomi itu tak ada yang menyisir mengenai kondisi ekonomi Indonesia kekinian. Misalnya, rakyat saat ini tengah meradang lantaran harga Sembako melambung tinggi. Nilai dolar terus dikerek ke langit. Tak ayal, akibatnya rupiah pun kian sempoyongan.
Celakanya, hingga kini upaya yang dilakukan oleh pemerintah seolah tak membuahkan hasil yang dapat melegakan hati. Bahkan, nyaris tak mampu mengendalikan laju inflasi yang bagai anak panah melesat dari busurnya. Harga beras terus meroket. Begitu pula dengan cabai, begitu pedas dirasakan oleh rakyat kecil.
Pemerintah pun sejauh ini belum melakukan terobosan seperti dengan melakukan Operasi Pasar (OP) secara masif. Tak ada pula upaya regulasi pemerintah yang berpihak kepada rakyat yang tengah menjerit akibat himpitan ekonomi yang tak berujung ini.
Debat Cawapres hanya membahas masalah yang sangat tidak krusial dan tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Debat Cawapres hanya membahas “pepesan kosong” yang nun jauh disana. Bukan justru menukik ke permasalahan yang empirik dan menjadi bianglala ekonomi nasional. Apalagi menyodorkan Problem Solving dari permasalahan yang sedang bangsa Indonesia hadapi saat ini.
Padahal rakyat Indonesia berharap adanya ketersediaan pangan yang terjangkau dan melimpah. Sehingga tidak ada anak-anak yang mengalami gizi buruk. Karena pemerintah telah menjamin ketersediaan pangan yang murah. Tidak seperti sekarang, impor beras semakin digenjot. Sehingga nasib para petani tak pernah beruntung.
Menyimak Debat Cawapres ketiga Paslon tersebut, kita pun menjadi gamang. Khawatir ke depan justru kondisi ekonomi Indonesia semakin memburuk. Utang luar negeri sebesar gunung. Akibatnya, APBN tak mampu lagi untuk membayar utang warisan tersebut. Wallahu a’lam bishowab.