Berdasarkan laporan VOA Indonesia, Sabtu (25/11), truk-truk bermuatan bantuan memasuki Jalur Gaza dari Mesir melalui penyeberangan Rafah, sewaktu gencatan senjata empat hari dalam perang Israel-Hamas mulai berlaku pada Juma’t pagi.
Gencatan senjata itu dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat (pukul 12.00 WIB) dan akan berlangsung setidaknya selama empat hari.
Selama periode ini, kelompok Hamas yang berkuasa di Gaza berjanji akan membebaskan sedikitnya 50 dari sekitar 240 sandera yang ditawan kelompok ini dan kelompok militan lainnya pada 7 Oktober lalu. Hamas mengatakan Israel akan membebaskan 150 orang Palestina yang ditahannya.
Sementara truck-truck bergerak masuk pada Jumat pagi, asap terlihat membubung di dekat jajaran truk yang menunggu untuk bergerak.
Hamas mengatakan, 200 truck per hari akan memasuki Gaza dengan membawa bantuan. Qatar, yang membantu menjadi perantara dalam perundingan, mengatakan, bantuan itu akan mencakup bahan bakar, tetapi tidak ada rincian mengenai jumlahnya.
Blokade Israel
Israel memutuskan seluruh impor pada awal perang, kecuali sedikit saja makanan, air dan pasokan medis yang diizinkan masuk dari Mesir. Kurangnya bahan bakar telah menyebabkan pemadaman yang meluas di wilayah itu, membuat rumah-rumah dan rumah sakit-rumah sakit bergantung pada generator yang tidak dapat diandalkan.
Jeda pertempuran itu menjanjikan sejumlah bantuan bagi 2,3 juta warga Gaza, yang telah mengalami serangan bom Israel selama berpekan-pekan, sementara keluarga-keluarga di Israel khawatir akan nasib anggota keluarga mereka yang ditawan Hamas dalam serangan 7 Oktober yang kemudian memicu perang.
Perang berkobar sewaktu beberapa ribu militan Hamas menyerbu Israel Selatan, menewaskan sedikitnya 1.200 orang, kebanyakan warga sipil, dan menawan beberapa sandera, termasuk bayi, perempuan dan lansia, serta tentara. Hamas diperkirakan akan menuntut pembebasan sejumlah besar tahanan terkemuka sebagai imbalan atas pembebasan tentara Israel.
Pengeboman Israel, yang kini memasuki pekan ketujuh, telah menewaskan lebih dari 13 ribu orang Palestina, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang diperintah Hamas, yang memulai kembali penghitungan rinci korban di Gaza akibat perang tersebut. Kementerian itu telah berhenti mempublikasikan jumlah korban jiwa sejak 11 November, dengan mengatakan mereka telah kehilangan kemampuan untuk melakukan itu karena runtuhnya sistem kesehatan di bagian utara Gaza.
Data baru belum dirinci sepenuhnya, tetapi perempuan dan anak-anak di bawah umur secara konsisten merupakan dua per tiga dari korban tewas. Angka-angka itu tidak mencakup jumlah terbaru dari rumah sakit-rumah sakit di bagian utara. Kementerian tersebut mengatakan sekitar 6.000 orang telah dilaporkan hilang, diduga terkubur di bawah reruntuhan.
Kondisi Rumah Sakit Indonesia di Gaza Memprihatinkan
Sebelumnya dilaporkan, Ketua Presidium MER-C Indonesia, Sarbini Abdul Murad sempat terhubung dengan relawan Indonesia di Gaza yang menyampaikan kondisi Rumah Sakit Indonesia (RSI) per Rabu 22 November 2023.
Menurut ia, RSI di Gaza saat itu masih dikepung tentara Israel IDF dan tiga relawan Indonesia yang sempat dinyatakan hilang kini sudah dapat dihubungi. Keadaan mereka sehat dan sedang menunggu evakuasi gelombang ketiga bersama 600 warga Gaza.
“Kondisi Rumah Sakit Indonesia sekarang itu sangat memprihatinkan. Kita sedih RS kebanggaan Indonesia tiba-tiba bisa berantakan seperti itu,” jelas Sarbini dalam konferensi pers daring, pada Rabu (22/11/2023).
Pasalnya, serangan Israel pada Senin pagi menghancurkan beberapa lantai Rumah Sakit Indonesia.
“Serangan Israel pada Senin pagi tuh betul-betul merusak beberapa lantai rumah sakit, jadi situasinya sangat memilukan, memprihatinkan, mudah-mudahan perang berhenti dan kita bisa perbaiki ulang.”
Dia menambahkan, masyarakat yang tertinggal di RS Indonesia hendak dievakuasi ke wilayah selatan Palestina tepatnya ke RS An-Nasr. Sedangkan, kondisi di setiap rumah sakit sudah penuh.
“Ya kita belum dapat konfirmasi tapi memang semua rumah sakit sudah penuh. Yang di selatan tuh RS An-Nasr, RS Eropa, yang di tengah Al-Shifa, yang utara RS Indonesia jadi yang dari Utara ke Selatan, rumah sakit memang crowded semuanya,” jelas Sarbini.
Ekonomi Gaza Terpuruk Dibombardir Israel
Perekonomian Gaza kini telah kolaps setelah lebih dari sebulan dilanda pengeboman yang dilakukan Israel pada Oktober 2023.
Bahkan sebelum perang dengan Israel, mayoritas warga Gaza memiliki akses terbatas terhadap perbekalan yang terjangkau dan bergizi serta dianggap rawan pangan, menurut Program Pangan Dunia PBB.
PBB mencatat, sekitar 80 persen penduduk Gaza bergantung pada bantuan internasional sebelum eskalasi terbaru terjadi.
“Perekonomian Gaza 100 persen bergantung pada dua sumber pendapatan: bantuan luar negeri dan akses ke pasar tenaga kerja Israel. Yang terakhir ini sekarang sudah hilang, mungkin selamanya. Satu-satunya yang tersisa adalah bantuan luar negeri,” ungkap Marko Papic, mitra dan kepala strategi di Clocktower Group, dikutip dari CNBC International, Jumat (24/11).
Dilaporkan bahwa, tingkat pengangguran di Gaza yang biasanya merupakan salah satu yang tertinggi di dunia dengan angka di atas 40 persen, kini sudah mendekati 100 persen.
Laporan dari Kebijakan Ekonomi Palestina yang berbasis di Ramallah menunjukkan, aktivitas perekonomian di wilayah tersebut telah secara efektif terhenti tanpa batas waktu.
“Ada populasi muda (Palestina) yang tidak melihat harapan. Sangat sulit untuk melihat masa depan ekonomi,” ucap Kevin Klowden, kepala strategi global di Milken Institute.
Adapun Organisasi Buruh Internasional yang juga mencatat bahwa, selama satu bulan setelah perang, warga Gaza telah kehilangan setidaknya 182.000 pekerjaan, atau 61 persen dari angkatan kerja.
Badan PBB lainnya, Program Pembangunan PBB, memperkirakan bahwa pembangunan Gaza akan mengalami kemunduran dalam 16 hingga 19 tahun dalam penilaiannya berdasarkan indikator ekonomi, kesehatan dan pendidikan. (Hrz).